KONSEP LABA


Definisi Laba
Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss)
Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapat. Belkaoui (1993) Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian. (IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (paragraph. 70).

Tujuan Pelaporan Net Income:
Kandungan informasi dalam laba akuntansi mempunyai keunggulan dan manfaat, seperti yang dikemukakan dalam SFAC Nomor 1, yaitu:
“informasi tentang earnings perusahaan dan komponen-komponen yang diukur dengan dasar accrual accounting, umumnya menyediakan indikasi yang terbaik tentang kinerja perusahaan daripada informasi tentang penerimaan dan pembayaran cash sekarang (current cash receipts and payments)”.
Menurut Suwardjono, (2005:456) Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
  1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).
  2.  Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
  3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
  4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
  5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
  6.  Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
  7.  Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
  8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
  9. Dasar pembagian dividen.
Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh (Belkaoui:1993) adalah:
  1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
  2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
  3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.
  4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.
Namun demikian, laba akuntansi ini masih memiliki kelemahan, sehingga masih mendapat kritikan. Di bawah ini merupakan beberapa kelemahan dari laba akuntansi tersebut:
  1. Konsepsi laba dianggap belum dirumuskan dengan jelas, belum ada landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi tersebut.
  2. Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih memungkinkan dan membolehkan perhitungan laba atas penerapan metode dan teknik akuntansi yang tidak konsisten.
  3. Laba akuntansi yang didasarkan pada konsep historical cost menjadi kurang bermakna apabila pengaruh perubahan harga diperhitungkan dalam penentuan angka laba tersebut.
  4. Laba akuntansi hanya laba di atas kertas saja karena angka laba yang tinggi belum tentu menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan atau menggambarkan kemampuan dalam memberikan cash deviden.
Dari kelemahan-kelemahan yang melekat dalam angka laba akuntansi tersebut, maka dilakukan upaya untuk mengatasi kelemahan dari konsepsi laba tersebut, antara lain:
  1. Berusaha memperbaiki laporan laba akuntansi dengan memberikan tekanan pada data transaksi dan aktualisasi secara lebih mendalam.
  2. Sebaiknya ada konsep laba yang tunggal dan operasional yang dapat digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
  3. Membuat konsep tunggal mengenai laba yang lebih sesuai dengan apa yang disebut konsep laba secara ekonomi.
  4. Seharusnya ada berbagai konsep laba untuk berbagai kepentingan(different income for different purposes).
Menurut Ahmed Belkaouli dalam bukunya Teori Akuntansi jilid 1 (1987:Erlangga) Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
Definisi tentang laba ini mengandung lima sifat:
  • Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
  • Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
  • Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
  • Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasul tertentu.
  • Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “macthing” artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama. KONSEP LABA
Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis
Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dan beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba.
  1. Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.
Berikut ini adalah contoh pencatatan transaksi eksternal yang dapat menimbulkan laba:
                                   Cash xx
                                           Sales xx

                                  Account Receivable xx
                                            Sales xx

                                 Cost of Goods Sold xx
                                            Merchandise Inventory xx

                                 Salaries Expense xx
                                            Cash xx

                                Selling Expense xx
                                             Cash xx

Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam pengukuran laba, yaitu:
  • Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok, misalnya menurut produk atau pelanggan.
  • Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode.
  • Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
  • Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya.
2. Pendekatan Aktivitas (Activities Approach).

Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi, melainkan apakah kegiatan telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari perencanaan produksi, proses produksi, dan penjualan, maka laba dianggap telah terbentuk/terhimpun/earned.
Manfaat dari penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap kegiatan.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
  1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.
  2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
  3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
Perbedaan yang mendasar pada kedua pendekatan tersebut adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan kepada proses pelaporan yang mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan pendekatan kegiatan didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-world) mengenai kegiatan atau peristiwa dalam arti yang luas.

Laba Menurut Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)
Pada awal abad XX Fischer, lindhal dan hick (1946) menjelaskan secara spesifik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periode, sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap :
  1. Physical Income, Yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
  2. Real Income, Adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah ‘biaya hidup’ (cost of living). Dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
  3. Money Income, Merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Ficher real income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba sebagai interest yaitu merupakan penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang waktu. Perbedaan antar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi tambah saving.
Laba Akuntansi dari Segi Semantik
Laba dari segi semantik diartikan sebagai kesejahteraan dan kemakmuran (wealth) atau diartikan sebagai perubahan kemakmuran, atau perubahan capital, atau modal. Menurut Irving Fisher, laba adalah arus jasa atau aliran kemakmuran, sedangkan modal adalah stock dari kemakmuran (stock of wealth).
Menurut konsep kemakmuran, laba timbul jika ada aliran lebih yang masuk setelah aliran pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode. Dengan adanya pemikiran tersebut, maka timbul konsep dengan apa yang disebut mempertahankan kemakmuran atau konsep mempertahankan modal (capital).
Konsep laba/income menurut tingkatan semantik didasarkan pada hubungan antara fenomena (peristiwa terjadinya income) dengan simbol yang mewakili dari fenomena tersebut. Pada konsep ini dipengaruhi oleh konsep-konsep para ahli ekonomi yang mengakibatkan ada masalah terhadap definisi capital dan income yang belum dijabarkan secara jelas.
Hal tersebut berakibat dalam penerapan dalam akuntansi dihubungkan dengan fenomena tersebut yang menghasilkan konsep-konsep pengukuran laba didasarkan pada keadaan awal dan keadaan akhir periode dapat dilakukan, dengan konsep sebagai berikut:
  • Capitalization adalah net assets pada awal dan akhir periode dihitung dengan cara mengkapitalisasi semua arus kas dari perusahaan kepada pemilik yang diharapkan dimasa-masa mendatang.
  • Market valuation adalah konsep capitalization di atas akuntan dibebani tugas menaksir arus kas dikemudian hari. Dalam hal ini, konsep market valuation of the firm, penentuan yang subjektif ini diganti dengan penggunaan data pasar (bursa saham).
  • Current cash equivalent adalah konsep pengukuran lan dengan alternatif lain untuk menilai perusahaan pada awal dan akhir tahun adalah mengukur asset berdasarkan current cash equivalent (CEE). CEE didefinisikan sebagai harga (pasar) jual atau realizable price dari assets yang dipunyai oleh perusahaan.
  • Historical input prices adalah dalam pengukurannya income merupakan selisih antara penilaian awal dan akhir periode (capital maintenance concept).
  • Current input prices adalah income meliputi capital gains atau capital losses karena perubahan harga, tanpa memperhatikan apakah gains atau losses tersebut sudah atau belum direalisasi lewat penjualan atau pertukaran.
  • Maintenance of constant purchasing power adalah income diukur berdasarkan keadaan nyatanya dan bukan dalam arti mempertahankan nilai-nilai uang (maintaining monetory values).

Laba Akuntansi dari Segi Pragmatik
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
·         Laba sebagai alat prediksi
Angka laba dapat memberikan informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen, dan sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam manaksir earning power dan nilai perusahaan di masa mendatang.
Laba sebagai alat pengendalian manajemen
Laba dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan.

Laba Menurut Konsep Capital Maintenance.
Menurut konsep ini, laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang dikeluarkan telah tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal return of capital. Konsep ini dapat dinyatakan baik dalam ukuran uang (units of money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
Kedua konsep ini menghasilkan 4 konsep capital maintenance (Belkaoui):
  • Money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam conventional accounting.
  • General purchasing power money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut tenaga beli yang sama. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam GPLA historical cost accounting.
  • Productive capacity maintenance yaitu physical capital yang diukur menurut unit uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam current value accounting.
·      Current value dapat dihitung dengan 3 metode:
  1. Capitalization atau present value method
  2. Current entry price
  3. Current exit price

Pengukuran Laba dalam Konsep Mempertahankan Kapital
1.                  Jenis-jenis kapital:
·                     kapital Finansial (Financial Capital)
Kapital financial merupakan klaim dalam bentuk jumlah rupiah/dolar tanpa memperhatikan wujud fisiknya. Dengan konsep ini, laba atau atau return atas capital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim financial pada akhir periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal (setelah pengaruh transaksi pemilik dikeluarkan (Suwardjono).
Dalam analisis laporan keuangan, kita mengenal Return on Assets (ROA) yang mengukur tingkat return atas financial capital tersebut, dengan rumus seperti berikut:
ROA = Income

Kapital Fisik (Physical Capital)
kapital fisik adalah sumber ekonomis yang dikuasai oleh entitas yang dipandang sebagai kapasitas produksi fisik, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dengan konsep ini, laba akan timbul/return atas kapital fisik (return on physical capital) apabila kapasitas produksi fisik pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode. Kapital dapat dipertahankan apabila asset nonmeter diukur atas dasar nilai sekarang (current cost-nya) atau replacement cost-nya pada saat penilaian.
Kapasitas produksi tersebut dapat berupa:
  •   Aktiva nonmoneter dimiliki perusahaan
  • Volume produksi
  • Volume penjualan

2. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan pemetaan (mapping) unit pengukuran pada suatu objek, sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar kecilnya (magnitude-nya) dari objek lain atas dasar unit pengukuran tersebut. kapital harus dinyatakan dalam satuan moneter. Sedangkan kenyataannya, nilai satuan uang selalu berbeda setiap waktunya, sehingga muncul pertanyaan skala satuan uang yang mana yang akan dipakai untuk mengukur kapital tersebut. terdapat dua jenis skala pengukuran yang dapat digunakan dalam mengukur kapital, yaitu:
  • Skala nominal, merupakan satuan rupiah tanpa memperhatikan perubahan daya beli uang. Jumlah rupiah dianggap sama untuk berbagai waktu yang berlainan meskipun kenyataannya daya beli berbeda.
  • Skala daya beli, merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini, rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu (misalnya indek harga konsumen). Karena unit pengukur dinyatakan dalam rupiah daya beli yang sama (purchasing power of dolar/Rp).

3. Dasar Pengukuran
Dasar pengukuran dapat menggunakan dasar penilaian nilai historis dan nilai sekarang (current cost).

Penentuan Laba dengan Konsep Mempertahankan Kapital
Untuk tujuan penentuan laba dengan konsep mempertahankan capital, maka untuk kapital awal dan kapital akhir dapat dinilai dengan:
·                     Metode Kapitalisasi
Menurut konsep ini harus ditentukan dahulu berapa nilai kapitalisasian pada awal dan akhir periode. Nilai kapitalisasian dapat ditentukan dengan mencari berapa present value distribusi kas oleh perusahaan yang diharapkan akan diperoleh pemegang saham selama periode yang diharapkan. Untuk mengetahui nilai kapitalisasi, harus ditetapkan dahulu jumlah kas yang diharapkan diterima tiap tahun, faktor kapitalisasi (tarif kapitalisasi), dan jangka waktu investasi. Hubungan ketiga faktor tersebut adalah:

                           t=1 (1+i) t

keterangan:
P0= nilai sekarang aliran kas harapan tahun 0
Rt = kas yang didistribusikan kepada pemegang saham pada periode t
i = faktor diskonto
n = jumlah sisa umur perusahaan (E tahun)

Namun demikian, metode kapitalisasi memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
Tariff kapitalisasi yang digunakan relatif subjekttif, tidak mencerminkan tarif menurut investor.
Terlalu berorientasi pada nilai waktu uang (time value of money)
Informasi laba yang dihasilkan dianggap kurang dapat diandalkan, karena prediksi aliran kas yang digunakan dalam penghitungan laba tersebut adalah taksiran belaka yang mungkin tidak akan sama dari waktu ke waktu.

  • Harga Pasar Perusahaan
Nilai kapital dapat dihitung dengan cara mengalikan antara jumlah lembar saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal dan akhir periode. Keunggulan metode ini adalah memiliki daya verifiability yang tinggi dan harga saham dianggap cukup mencerminkan risiko yang melekat pada investasi.

  • Nilai Setara Kas Saat Ini (Current Cash Equivalent)
Penilaian dengan metode ini didasarkan pada penjumlahan harga pasar tiap jenis aktiva secara individual. Penilaian dengan harga pasar ini memiliki kelemahan, terutama apabila asset yang dimiliki tersebut tidak memiliki nilai pasar (nilai pasar tidak tersedia), sehingga objektivitasnya diragukan.
  • Nilai Histories (Historical Costs)
Penilaian dengan metode ini, nilai kapital (asset bersih) pada awal dan akhir periode dinilai dengan nilai historisnya. Penentuan laba dengan metode ini adalah seperti penentuan laba yang dihitung dengan akuntansi yang sekarang kita anut (historical accounting).
  • Harga Input Terkini (current input prices)
Dengan cara ini akan terjadi pemisahan antara laba normal dengan untung/rugi perubahan harga. Pemisahan kedua elemen tersebut hanya dapat dilakukan bila perusahaan melakukan penyesuaian untuk semua perubahan cost aktiva selama periode yang bersangkutan.
Daya Beli Konstan (constant purchasing power)
Apabila terjadi perubahan tingkat harga umum, pengukuran laba dilakukan dengan membandingkan nilai kapital pada waktu yang berbeda (awal dan akhir). Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam daya beli konstan dengan menggunakan angka indeks tertentu.

Laba Akuntansi dan Money Income
Money income atau disebut juga business income berbeda dengan accounting income. Laba menurut konsep ini adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu.
Dalam konsep replacement costs income dikenal dua komponen income:
  1. Current operating profit, yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti (replacement costs) dari penghasilan.
  2. Realized holding gain and loss, yang dihitung dari perbedaan antara replacement costs dari barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi ini dapat dibagi dua:
  • Yang direalisasi dan “accrued” pada selama periode itu.
  • Yang direalisasi pada periode itu tetapi “accrued” pada periode sebelumnya.

Laba/Income Menurut Tingkatan Behavioral
Dalam pengukuran laba pada tingkatan behavioral income membicarakan proses pengambilan keputusan oleh para investor dan kreditor, reaksi pasar saham-saham terhadap pelaporan income, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan.
Konsep laba menurut ini adalah:
  • Income sebagai alat peramal
  • Managerial decision making
  • Estimation theory
  • User orientation approaches

Cakupan Laba
Terdapat dua konsep cakupan laba, yaitu:
1.      Current Operating Concept (Earnings)
Konsep laba periode, menurut konsep ini income hanya meliputi item-item yang sifatnya regular dan dari elemen-elemen pendapatan dan beban yang sifatnya berulang (recurring) dan berasal dari operasi saat ini (current operating). Item-item yang sifatnya irregular tidak dimasukkan sebagai komponen laba, sehingga tidak mencerminkan earning power di masa yang akan datang dari satu kesatuan usaha.
Konsep ini relevan dengan kepentingan manajemen sebagai pengukur efisiensi, yaitu berkaitan dengan pemanfaatan semua input dan sumber daya yang digunakan dalam rangka menghasilkan laba.
Laba periode tidak memasukkan pengaruh kumulatif akibat perubahan akuntansi. Misalnya: (1) pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dialami dalam periode berjalan; (2) perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui pada periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham sementara, dan untung rugi penjabaran mata uang asing. jadi yang menjadi penentu laba periode adalah pendapatan, biaya, untung dan rugi yang benar-benar terjadi pada periode berjalan.

2. All Inclusive Concept

Menurut konsep ini, cakupan laba meliputi semua perubahan dan kenaikan net asset selama periode tertentu, kecuali yang mengakibatkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik (transaksi modal). Dalam konsep ini, item-item yang sifatnya dan berasal dari aktivitas baik regular dan nonreguler, recurring, maupun nonrecurring, termsuk dalam cakupan laba.
Terdapat lima kategori irregular items dalam konsep all inclusive tersebut, yaitu sebagai berikut:
  1. Item-item yang berasal dari operasi yang dihentikan(discontinued operation), Penghentian segmen bisnis berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. Untung atau rugi yang akan diakui termasuk dua faktor berikut:
  • Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal penghentian
  • Untung atau rugi penghentian segmen
    2.   Extraordinary item,
Adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari faktor yang sifatnya berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No. 9:1966 par. 21)
Dengan dikeluarkannya APB Opinion No. 30, menyebutkan bahwa elemen laporan keuangan dikatakan sebagai extraordinary item jika memenuhi dua syarat:
  • Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang harus memiliki tingkat ubnormal yang tinggi dan tidak berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus.
  • Jarang terjadi (infrequency of occurrence), artinya peristiwa atau transaksi tersebut merupakan tipe transaksi yang diharapkan jarang terjadi di masa mendatang.
3. Perubahan Akuntansi,
Perubahan akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis:
  • Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Misalnya: perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO ke Average.
  • Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumla taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya. Misalnya: taksiran umur ekonomi aktiva tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih.
  • Perubahan entitas pelaporan, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status entitas pelaporan sebagai akibat konsolidasi perubahan anak perusahaan tertentu atau perubahan jumlah yang dikonsolidasikan.

4. Penyesuaian periode sebelumnya
FASB mengeluarkan SFAC No.16, “Prior Period Adjustment”, yang membatasi penyesuaian periode sebelumnya pada elemen berikut:
  • Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan periode sebelumnya
  • Penyesuaian yang berasal dari realisasi income tax benefit ataspreacquisition operating loss carry-forward dari pembelian anak perusahaan.
  • Kesalahan dalam pengukuran laba periode sebelumnya (error in prior years income measurement) harus dilaporkan sebagai penyesuaian retained earning (disesuaikan dalam retained earning statement). Menurut FSAB konseb laba all inclusive ini adalah konsep laba dengan apa yang dikenal dengan istilah laba komprehensif(comprehensive income).
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam SFAC Nomor 6, menyatakan bahwa:
Comprehensive income adalah perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan bisnis selama suatu periode yang berasal dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain atau kejadian lain yang bukan berasal dari sumber pemilik. Termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama periode tertentu kecuali yang diakibatkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Comprehensive Income = Earning + Penyesuaian + Perubahan Ekuitas Lain
Kumulatif Selain dari Pemilik

Earning = Revenue – Expenses + Gain - Losses

Konsep Laba Dilihat dari Sisi Kelompok Penerimanya
Konsep laba apabila dilihat dari sisi kelompok yang menerimanya terdapat 5 konsep laba, yaitu:
·         Value added concept of income
Kelompok penerima: karyawan, kreditor, pemerintah.
·         Enterprise’s net income
Kelompok penerima: pemegang saham, pemegang obligasi, pemerintah.
·         Net income to investor
Kelompok penerima: pemegang saham dan pemegang obligasi.
·         Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham biasa dan pemegang saham istimewa.
·         Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham biasa.


Income Smoothing
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (1973):
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).
Hayworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Gordon (1964) mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:
  • Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.
  • Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.
  • Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status dan reward bagi manajer.
  • Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan.
  • Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing menjadi dua yaitu real smoothing dan artificial smoothing, dengan penjelasan sebagai berikut:
  • Real smoothing berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba, sementaraartificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi yang diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke periode lain. (p. 253-254).
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi sedangkan pos-pos yang jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.

6 komentar:

  1. mohon infonya untuk teori ttg pengukuran laba diambil dari literatur apa ya? mohon informasinya

    contact gitanggrn@gmail.com

    BalasHapus
  2. Kok nggak bisa dibaca sih....gelap.....

    BalasHapus
  3. Mari berbagi pengetahuan tentang akuntansi hanya di:
    https://akupecintaakuntansi.blogspot.com/2018/03/contoh-soal-2-biaya.html?m=1

    BalasHapus
  4. Sebenarnya bermanfaat, tapi nyakitin mata banget buat bacanya...
    Mungkin bisa diperhatikan lagi buat tampilan webnya biar nyaman juga yang baca.
    Thanks..

    BalasHapus





About

Blogroll

Asep Bachtiar. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / ZONA EKONOMI

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger